Pulau Air, Agustus 2016
rindu kakanda pada adinda itu tak lekang oleh kapang, tak luntur oleh jamur, seperti “rendang cubadak” yang diangek-angekan |
Apa yang lebih menyejukkan pagi ini selain embun yang
bergelayutan di permukaan daun? Di kelopak bunga yang sedang bermekaran ataupun
pada helaiannya yang masih urung merekah. Sampai jauh di seberang sana,
Swarnadwipa yang masih tertutup kabut
tipis dan matahari yang masih malu-malu menampakkan diri.
Selamat pagi Adinda..
Adakah pagi yang lebih indah pada satu planet di galaksi
lain? Tak tahu kakanda, tak sampai ilmu kakanda ke sana.
Kakanda berharap adinda baik baik saja meskipun perusahaan
listrik seringkali mematikan listrik tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Bersyukurlah adinda masih dapat memakai listrik pintar, karna disini kakanda
gelap gulita. Jangankan listrik pintar, listrik bodohpun tak ada disini. Jadi
tidak ada hal tidak penting yang dimatikan.
Adinda, kakanda baik-baik saja disini. Kakanda selalu
mendo’akan adinda semoga selalu sehat wal’afiat tak kurang satu apapun di tiap
produksi adenosin tri fosfat (ATP) pada siklus kreb kakanda. Juga di proses
glikolisis, glikogenesis, glikoneogenesis dan siklus biokimia lainnya.
Adinda, kalau tak silap, gletser di kutub utara sudah lama
mencair. Pernah adinda kesitu? Kakanda juga tidak pernah. Tapi dingin disitu kata
Etek Rosna. Ah sudahlah, mungkin Etek Rosna cuma tengok gambar di kalender dan
baca di koran. Akibat dari global warming itu adinda. Karna global warming itu
pula jadi putih-putih karang-karang di lautan kita. Pulau Air ini khususnya.
Istilah kerennya itu “coral bleaching”. Patah-patah lidah kakanda mengejanya.
Jadi janganlah adinda suruh kakanda mendinginkan air laut itu. Jangan pula
adinda suruh kakanda me-rona-kan karang yang sudah bleaching dengan carmin
secukupnya. Tau adinda carmin? Carmin tu sediaan farmasi, warna merah dia.
Kalau tak silap, biasa dipakai untuk mewarnai campuran obat yang sedang
digiling supaya tahu kita obat tu sudah tercampur merata atau belum.
Adinda, akibat gletser yang mencair itu, bertambah tinggi
pula permukaan air laut. Bisa tenggelam
pulau ini dibuatnya nanti. Sekarang saja sudah banyak terkikis pasirnya, hilang
dia dan tinggal batu-batu besar saja lagi.
Adinda, sungguh excited sekali kakanda saat sampai di pulau
bersih berpasir putih dan tak berpenghuni ini. Bayangkan oleh adinda. Sebelum
sampai banyak expektasi yang kakanda tulis di buku harian kakanda. Mengkodak
sunrise, sarapan pagi dan teh hangat, senorkeling dan feri daiiph bersama
ikan-ikan, memancing dan seteraight dapat ikan gabuh besar, santai seperti di
pantai, bermenung-menung dan berkhayal hal yang indah-indah termasuk tentang
adinda, sunset, api unggun, bakar ikan, pacu umang-umang, minum air kelapa
muda, panen sukun, selphi bersama penyu dan banyak lagi yang lain adinda.
Adinda, disini kakanda banyak menyendiri. Sering kali kakanda
bermenung-menung . ada-ada saja hal yang terpikir oleh kakanda.
Pagi hari ingin kakanda memotret sunrise dan pemandangan.
Semangat sekali kakanda pagi itu. Tapi saat keliling pulau, tersialir kakanda
di batu. Kakanda pikir batu itu tidak licin, ternyata licin dia. Tersialir dan
tertilantang lah kakanda. Lecet-lecet badan kakanda. Tangan dan kaki kakanda
sakit-sakit pula gara-gara itu. Terkilir jari tangan kiri kakanda, 4 dari 5
jari kaki kanan kakanda lecet. Berdarah dia. Untunglah sesampai di tenda
ditolong bersihkan oleh kawan kakanda. Dibersihkannya luka kakanda, dikasihnya povidone
iodine, diperbannya lalu dia suruh kakanda istirahat.
Adinda, kakanda kadang suka iri lihat foto kawan-kawan
kakanda di instagram tu. Poto mereka bagus-bagus besama ikan-ikan dan
karang-karang. Pada suatu pagi kakanda sudah siap dengan alat senorkeling.
Mulai lah kakanda berenang. Memang indah pulau ini adinda. Karangnya bagus,
banyak soft coral, anemon, dan istimewanya banyak ikan disini. Ikannya
bagus-bagus adinda. Warna warni. Tapi sedang asik-asik berenang, nampak ikan
hiu oleh kakanda. Takut kakanda jadinya. Takut kalau digigitnya kakanda nanti. Cepat-cepatlah
kakanda berenang ke tepi. Nanti kalau kakanda digigit ikan hiu, bertambah lagi
luka kakanda. Luka waktu tersialir kemaren saja belum sembuh.
Dinda, kanda lebih suka menghabiskan malam di luar tenda.
Mengamati bintang dengan rasi-rasinya, kadang tampak samar galaksi bima sakti.
Kadang langit itu gelap, awan hitam yang seram dan mencekam. Merasakan belaian
angin lemah lembut dari barat laut, sepoi-sepoi, kadang badai, seperti hendak
menerbangkan kakanda jauh ke angkasa. Transit sebentar di dahan pohon sukun,
tersangkut pula sebentar di pohon kelapa, lalu dia terbangkan lagi kakanda
berpedoman pada garis lurus ke arah tenggara sampai nanti dia “hard landing”kan
kakanda di pesisir barat Austeralia. Sebelum landing susah sekali kakanda
menghindari benda benda asing yang melayang layang. Kakanda pikir itu drone. Eh,
boomerang itu ternyata.
Mendengarkan nyanyiaan ombak malam yang menari-nari teratur
lalu pecah di tepi tubir. Kadang ia tinggi sekali, kadang suaranya seperti
gemuruh, keras menghempas. Mengikis permukaan pantai yang kian tipis. Kalau
sudah begini kanda suka ingat masa-masa saat kakanda belum bisa hapus ingus
sendiri. Di kampung kakanda dulu minim sekali hiburan. Ada tv, Cuma satu tv
Negara itu saja siaran yang dapat. Itupun acaranya sudah sangat membosankan.
Tapi semembosan-bosannya siaran tivi milik Negara saat itu, mereka tidak lebay,
tidak tipu-tipu, dan tidak pula membodoh-bodohi.
Dinda, Kala itu layar tancap masih popular. Orang kantor KB
yang sering buat acara. Apa lagi misi mereka kalau bukan melarang amak-amak dan
etek-etek kami punya banyak anak??!! Kata mereka 2 anak lebih baik. Tapi Pak Sedi
(nama samaran) bekerja di kantor KB provinsi, anaknya empat. Beliau juga yang
bilang kalau sebagian besar pegawai KB tu anaknya lebih dari dua. Ayahnya Ijon
(nama samaran) bekerja di kantor KB kabupaten, anaknya lima. maafkan kanda yang
belum sempat mendata jumlah anak masing masing pegawai KB.
Dinda, dalam kesendirian di sunyinya pulau ini, kanda sering
sekali menghabiskan malam di luar tenda. Kenapa tidak?! pada malam, ada hari
yang telah tertinggal dan menyisakan lelah. Satu malam berarti ada hari esok
yang akan merekah bersama cerita dan asa-asa yang telah dirajut. Meskipun
makanan kami masih lauk kemaren yang digoreng lagi. Rindu kakanda pada adinda.
Seumpama rendang nangka rindu ini. Lama tahannya. Karna kakanda rajin
memanaskannya tiap hari. Jadi rindu kakanda pada adinda itu Awet, lama
tahannya. Tak lekang oleh kapang, tak luntur oleh jamur. Seperti “rendang
cubadak” yang diangek-angekan (red-dipanaskan).
Bersambung..