|
frame of sunshine (sunset or sunrise?) |
Pulau
Air merupakan pulau yang paling kecil dalam kawasan Taman Wisata Perairan Pieh.
Luasnya sekitar 4,7 Ha. Pulau ini juga yang paling dekat dengan Pulau Sumatera.
Dari titik terdekat Kota Padang dibutuhkan waktu lebih kurang 45 menit
menggunakan perahu nelayan (sumber: TWP). Di pulau ini sering kali terjadi
angin kencang dan hujan badai, jadi siap-siap saja segera menggulung tikar dan
lapak saat sedang asik berjemur bersantai seperti di pantai.
|
hari yang cerah untuk pulau yang sepi |
Ketinggian
pulau ini pada GPS tercatat tidak menentu. -3, -7, 0 dan 3 mdpl. Tenggelam
dong? Tidak begitu. Titik 0 mdpl Kota Padang ada di Tugu Tungku Tigo Sapilin, Simpang
Haru. Jarak titik 0 tersebut terletak lebih dari 1 km dari bibir pantai, sudah
agak tinggi. Jadi saat dikira-kira, ketinggian pulau ini lebih kurang 1 sampai 2
meter dari batas pasir.
|
pagi yang menkjubkan untuk bersantai seperti di pantai |
Jika
ada hubungan yang tak putus di Pulau Pamutusan, ada tangan yang saling
berpegang memegang-megang sampai terjadi perpegang-pegangan lalu
dipegang-pegang di Pulau Pagang, sumpah setia serapah di Pulau Pasumpahan dan
semua terekspos rapi mencoba terlihat so-sweet meng-instagramable di sosial
media, namun Pulau Air tidak se-tenar itu. Tak banyak informasi dan ekspos
tentang pulau ini. Ini hanyalah pulau kosong tak berpenghuni, kecuali jika
biawak didaftarkan sebagai penduduk. Ada sumber air di tengah pulau. Payau,
bahkan nyaris asin. Masih baik digunakan untuk mandi dan cuci-cuci. Tapi kopi
asin dan kopi payau tetap saja tidak enak. Dalam bahasa sederhananya air dari
sumber air ini tidak layak minum. Kecuali jika anda seorang NaCl-holic.
|
penghuni pulau yang tidak terdaftar di Kantor Capil |
Pulau
ini pasirnya putih, bisa dikatakan bersih. Ada beberapa sampah laut yang terbawa
ombak. Tak tampak sampah antariksa ataupun sampah masyarakat. Pagi dan sore
sering nampak elang kepala putih terbang di atas laut mencari ikan. Pemandangan
yang seru apalagi jika anda seorang peminat wildlife fotogfrafi. Namun tidak
begitu menarik jika anda seorang penyuka fotografi “modus” yang berorientasi
besar pada paha dan dada apalagi yang dicabein.
Landscape
disini juga sangat menarik. Pasir putih berpadu langit biru, sunset di Samudera
Hindia dan sunrise dari Pulau Sumatera. Sangat memanjakan untuk yang suka
memotret pemandangan. Lupakan hal ini jika anda malas berkeliling pulau dan takut
kepanasan.
|
bukan ikan hiu (sumber foto: Satker TWP Pieh) |
Alam
bawah laut pulau ini masih indah walaupun karangnya sudah banyak yang mengalami
pemutihan. Ikannya banyak, karang-karang mulai dari yang keras sampai yang
lunak hidup rukun berdaampingan tanpa pengrusakan. Banyak ditemukan anemone, di
kawasan tubir yang paling kaya. Sesekali tampak hiu karang atau disebut juga
Black Tip. Sebetulnya tidak berbahaya, tapi cukup menakutkan bagi perenang dadakan
seperti saya. Buang jauh-jauh keinginan selfie bersama hiu tersebut jika anda
seorang wanita yang sedang datang bulan. Karna dia tidak peduli dengan status
“wanita selalu benar” saat PMS. Juga tidak peduli berapapun “like” selfie bibir
bebek dan “followers” anda di instagram.
|
saat transplantasi karang (sumber foto: Satker TWP Pieh) |
Menurut
laporan dari berbagai sumber, disini merupakan tempat untuk penyu bertelur.
Beberapa nelayan juga melaporkan hal yang serupa. Namun beberapa kali
enumerator penyu melakukan monitoring disini belum ditemukan tanda-tandanya.
Bisa jadi “timing”nya yang kurang pas. Atau mungkin memang tidak ada lagi penyu
yang naik kesini.
|
pohon kelapa saja sendiri, lalu apa yang kamu risaukan?! |
NB:
Tulisan ini ditulis oleh penulis disela-sela penulisan laporan harian kegiatan
monitoring penyu dari Satker KKP Pieh. Jika tertulis tulisan-tulisan yang
hakikatnya tidak layak tulis, penulis terbuka atar kritik, masukan dan saran
baik itu tertulis ataupun tidak tertulis. Atau mungkin masukan berupa tulisan
tertulis, namun disampaikan ke penulis tidak melalui tulisan.
uhhuuuk baagus yah. tapi kurang bagus. gak ada putri nya
BalasHapus